Labels

Kamis, 31 Maret 2016

MUSEUM KERETA API AMBARAWA



Informasi Umum
Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen, serta B 5112 buatan Hannoversche Maschinenbau AG sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India.
Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik/Swiss Locomotive and Machine Works) di halaman museum.
Lokasi
Ambarawa awalnya merupakan sebuah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan untuk membangun stasiun kereta api baru yang memungkinkan pemerintah untuk mengangkut tentaranya ke Semarang. Pada 21 Mei 1873, stasiun kereta api Ambarawa dibangun di atas tanah seluas 127.500 m². Pada awalnya dikenal sebagai Stasiun Willem I.
Stasiun ini awalnya menjadi titik pertemuan antara lebar sepur 1.435 mm ke arah Kedungjati dengan 1.067 mm ke arah Yogyakarta melalui Magelang. Hal ini masih bisa terlihat bahwa kedua sisinya dibangun stasiun kereta api untuk mengakomodasi ukuran lebar sepur yang berbeda.
museum-kereta-api-ambarawa2
Museum kereta api Ambarawa kemudian didirikan pada tanggal 6 Oktober 1976 di Stasiun Ambarawa untuk melestarikan lokomotif uap yang kemudian berada pada masa pemanfaatan kembali ketika jalur rel 1.435 mm milik Perusahaan Negara Kereta Api ditutup. Ini merupakan museum terbuka yang terdapat pada kompleks stasiun.
Daya tarik
Museum ini melayani kereta wisata Ambarawa-Bedono pp, Ambarawa-Tuntang pp dan lori wisata Ambarawa-Tuntang pp. Kereta wisata Ambarawa-Bedono pp atau lebih dikenal sebagai Ambarawa Railway Mountain Tour ini beroperasi dari museum ini menuju Stasiun Bedono yang jaraknya 35 km dan ditempuh 1 jam untuk sampai stasiun itu. Kereta ini melewati rel bergerigi yang hanya ada di sini dan di Sawahlunto. Panorama keindahan alam seperti lembah yang hijau antara Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu dapat disaksikan sepanjang perjalanan.
museum-kereta-api-ambarawa4
Pemandangan yang dapat dinikmati dari kereta dan lori Ambarawa-Tuntang pun tak kalah bagusnya. Kereta ini berangkat dari stasiun menuju Stasiun Tuntang yang berada sekitar 7 km dari museum. Di sepanjang jalan dapat dilihat lanskap menawan berupa sawah dan ladang dengan latar belakang Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Rawa Pening di kejauhan.
Wisata yang dapat kita nikmati di Museum KA Ambarawa antara lain:
  1. Wisata sejarahnya tentunya
  2. Bangunan Stasiun Arsitektur Belanda yang masih terawat
  3. Benda-benda bersejarah yang terpajang di ruang pameran dan sudut – sudut stasiun ( coba liat barang – barangnya aneh – aneh dan keren – keren tentunya)
  4. Belasan Lokomotif yang terpampang di depan stasiun
  5. Wisata kereta Lori seharga Rp 10.000,-/orang dengan kapasitas minimal 20 orang melalui rute dari Stasiun Willem I ke Stasiun lama di Tuntang, pemandangannya sangat indah dari pedesaan, perbukitan, sawah – sawah , Rawa Pening, dan pemandangan pegunungan yang baguss banget.
  6. Wisata kereta ketel uap dengan tujuan Stasiun Willem II di daerah Jambu dengan biaya Rp 3.500.000,- sekali jalan dengan kapasitas maksimal 40 orang. Pemandangan yang ditawarkan tak cukup kalah menariknya dengan kereta lori dan yang paling menarik ketika kereta mendaki bukit dengan menggunakan roda bergerigi. Namun sayangnya fasilitas ini beroperasi ketika ada kunjungan turis dari luar negeri atau sedang musim liburan saja.
  7. Pusat jajan dan cinderamata di samping stasiun

Fasilitas
Museum KA ini mengoleksi 21 lokomotif uap. Saat ini terdapat 3 lokomotif yang dapat dioperasikan. Koleksi yang lain dari museum adalah telepon antik, peralatan telegraf Morse, bel antik, dan beberapa perabotan antik.
Beberapa lokomotif uap adalah 2 unit kelas B 25 (Esslingen 0-4-2RT) yaitu B 2502 dan B 2503 (2 dari 3 unit lokomotif yang tersisa; lokomotif ketiga, B 2501 dimonumenkan di Monumen Palagan Ambarawa).
Dahulu, terdapat loko uap kelas E 10 (Esslingen 0-10-0RT), bernomor E 1060 yang semula dikirimkan ke Sumatera Barat pada tahun 1960 untuk menarik kereta api batubara, tetapi kemudian dibawa ke Jawa, dan sebuah lokomotif konvensional 2-6-0T C 1218 yang dihidupkan kembali pada tahun 2006 setelah lama disimpan di Cepu, kemudian direlokasi ke Ambarawa tahun 2002.
museum-kereta-api-ambarawa
Namun, lokomotif E 1060 dipulangkan kembali ke Sawahlunto sedangkan lokomotif C1218 dibawa ke Surakarta dijadikan kereta wisata Jaladara. Baru-baru ini museum ini dapat lokomotif diesel hidrolik D 300 23 yang berasal dari dipo lokomotif Cepu yang dipindah ke dipo lokomotif Ambarawa pada 6 Oktober 2010. Lokomotif uap B 5112 yang buatan pabrik Hanomag, telah berhasil dihidupkan kembali setelah 30 tahun mati. Museum Ambarawa juga mempunyai beberapa koleksi baru seperti kereta kayu CR dari Madura, kereta kayu dari Kebonpolo, Magelang, NR kayu dari Balai Yasa Yogyakarta, gerbong GR dari Balai Yasa Manggarai, dan lain-lain.
Transportasi
Letaknya yang mudah terjangkau, menjadikan Museum Kereta Api Ambarawa menjadi obyek wisata andalan kota tersebut. Apabila petualang dari arah Semarang, akses jalan yang harus dilewati hanya menuju selatan ke arah Ungaran lalu setelah sampai pertigaan Bawen silakan menuju ke arah Jogjakarta (belok kanan) menuju tugu Palagan Ambarawa. Apabila dari Jogjakarta, petualang hanya perlu berjalan lurus menuju arah Semarang dan langsung ke pertigaan tugu Palagan Ambarawa. Setelah sampai di tugu Palagan Ambarawa, petualang langsung saja belok kiri (arah Semarang) atau kanan (arah Jogja), nah sekitar 100 meter lagi sudah sampai di museum Kereta Api Ambarawa.
Untuk Jalur dari arah Solo petualang dapat melewati jalur alternatif langsung menuju belakang Museum Kereta Api Ambarawa. Petualang dapat melewati jalur Blotongan – Banyubiru – Ambarawa dengan pemandangan pegunungan Telomoyo yang sangat indah disebelah kanan juga luasnya Rawa Pening (petualangan selanjutnya) yang eksotis di sisi kiri. Apabila menghendaki jalur lain, petualang bisa melewati Jalur Salatiga – Tuntang (Jembatan belok kiri) – Ambarawa. Dengan pemandangan kebun kopi di sisi kanan dan hanyutan air di Rawa Pening di sebelah kiri.

GEDUNG NEGARA GRAHADI


Gedung Negara Grahadi adalah salah satu bangunan di Surabaya yang sarat akan nilai sejarah. Dibangun pada tahun 1795 oleh seorang Residen bernama Dic Van Hogendorp (1794 – 1798). Tanah yang dibeli dari saudagar China tersebut oleh Hogendorp dianggap seperti rumah sendiri. Ketertarikannya terhadap Jembatan Merah membut ia ingin tinggal di kawasan ini. Hogendorp menghabiskan 14.000 ringgit untuk membangun hunian bernuansa rumah kebun. Sayangnya, di atas tanah yang bukan menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya tersebut ia hanya menikmati selama 3 tahun karena ditangkap dan dibawa ke Batavia. Setelah itu, Gedung Negara Grahadi berada di bawah kepemilikan pemerintahan Belanda.
Pada awal dibuatnya, Gedung Grahadi berada di sebelah utara menghadap Kalimas. Lokasinya berada di pinggiran kota. Pada masa itu Gedung Grahadi diperuntukkan sebagai rumah kebun untuk peristirahatan pejabat Belanda. Sesekali waktu, digunakan pula sebagai tempat pertemuan atau pesta. Keindahan tampak pada sore hari, sambil minum-minum teh penghuninya dapat melihat kesibukan di sungai Kalimas.
Tampak perahu dan kapal para pedagang hilir-mudik menelusuri kali tersebut. Tampak para saudagar dan pedagang kaya yang datang dan pergi untuk sekedar menaikkan atau menurunkan barang dagangan mereka ke kapal. Keindahan Kalimas yang awalnya dapat dinikmati dari gedung ini memudar ketika diubah letaknya menghadap ke selatan (1802). Jenderal Daendels, pernah melakukan perbaikan pada gedung Grahadi ketika ia mengunjungi Surabaya pada tahun 1810. Daendels ingin Grahadi menjadi sebuah Istana.
Gedung yang kini menjadi Kantor Gubernur Jawa Timur tersebut memiliki luas 76.885 meter persegi dan terdiri dari dua lantai dengan ornament gaya Romawai. Bangunan yang dibuat pada 1929 sampai 1931 di arsiteki seorang Belanda bernama Ir. W. Lemci. Gedung ini pernah menjadi tempat perundingan Presiden Soekarno dengan Jenderal Hawtorn pada Oktober 1945 untuk mendamaikan pertempuran pejuang dengan pasukan sekutu. Dari gedung ini juga pada 9 November 1945 pukul 23.00 WIB Gubernur Suryo memutuskan menolak ultimatum menyerah tanpa syarat pada Inggris. Penolakan tersebut berakhir dengan kematian Gubernur Suryo dan dua polisi pengawalnya pada 10 November 1945, atau tepatnya sehari setelah perudingan tersebut.
Untuk mengenang jasanya maka dibangun Monumen Gubernur Suryo yang berada di jalan Gubernur Suryo.
Sejak tahun 1991, Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuka Gedung Grahadi sebagai destinasi wisata. Kantor yang letaknya berada di seberang Tugu Pahlawan ini mempertahankan berbagai ornamen dan bentuk asli. Kita bisa melihat ruangan-ruangan yang dulu digunakan sebagai kantor dan tempat istirahat para pejabat Belanda. Selain itu wisatawan akan menjumpai gaya arsitek yang artistik pada dinding-dinding ruangan. Para pengunjung dapat mengajak keluarga untuk melihat dari dekat keindahan gedung yang sarat akan nilai edukasi dan sejarah. Selama berada di Surabaya, Anda bisa menginap di Singgasana Hotel, Hotel Oval, atau Hotel Tilamas.

 (Sumber : http://surabaya.panduanwisata.id/wisata-sejarah-dan-budaya/)

Senin, 07 Maret 2016

Latar Belakang Pendirian Museum Bank Indonesia

Latar Belakang Pendirian Museum Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral merupakan lembaga yang sangat vital dalam kehidupan perekonomian nasional karena kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh BI akan memiliki dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat. BI, yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1953, telah lebih dari setengah abad melayani kepentingan bangsa. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengenal BI, apalagi memahami kebijakan-kebijakan yang pernah diambilnya, sehingga seringkali terjadi salah persepsi masyarakat terhadap BI. Masyarakat sering memberikan penilaian negatif terhadap BI karena tidak cukup tersedianya data atau informasi yang lengkap dan akurat yang dapat diakses dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat.
Usia setengah abad lebih ini akan semakin panjang lagi apabila diperhitungkan juga peran dari pendahulunya, yaitu De Javasche Bank (DJB) yang didirikan pada tahun 1828 atau 177 tahun yang lalu. Sementara itu, gedung BI Kota yang dulu dibangun dan digunakan oleh DJB, kemudian dilanjutkan pemakaiannya oleh BI dan saat ini praktis kosong tidak digunakan lagi, merupakan gedung yang mempunyai nilai sejarah tinggi yang terancam kerusakan apabila tidak dimanfaatkan dan dilestarikan. Pemerintah telah menetapkan bangunan tersebut sebagai bangunan cagar budaya. Di samping itu, BI juga memiliki benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah yang perlu dirawat dan diolah untuk dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi masyarakat.
Dilandasi oleh keinginan untuk dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa, termasuk memberikan pemahaman tentang latar belakang serta dampak dari kebijakan-kebijakan BI yang diambil dari waktu ke waktu secara objektif, Dewan Gubernur BI telah memutuskan untuk membangun Museum Bank Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu dilestarikan. Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah Kota sebagai daerah pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI diharapkan menjadi pelopor dari pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di daerah Kota.
Hal inilah yang antara lain menjadi pertimbangan munculnya gagasan akan pentingnya keberadaan Museum Bank Indonesia, yang diharapkan menjadi suatu lembaga tempat mengumpulkan, menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan aneka benda yang berkaitan dengan perjalanan panjang BI. Saat ini memang telah ada beberapa museum yang keberadaannya mempunyai kaitan dengan sejarah BI, namun museum-museum tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Selain itu, gagasan untuk mewujudkan Museum Bank Indonesia juga diilhami oleh adanya beberapa museum bank sentral di negara lain, sebagai sebuah lembaga yang menyertai keberadaan bank sentral itu sendiri.

Tujuan Pendirian Museum Bank Indonesia

Guna menunjang pengembangan kawasan kota lama sebagai tujuan wisata di DKI Jakarta, maka sangat tepat apabila gedung BI Kota yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh pemerintah, dimanfaatkan menjadi Museum Bank Indonesia. Keberadaan museum ini nantinya diharapkan dapat seiring dan sejalan dalam mendorong perkembangan sektor pariwisata bersama museum-museum lain yang saat ini sudah ada di sekitarnya, seperti Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Keramik, dan Museum Bahari di daerah Pasar Ikan. BI mengharapkan bahwa keberadaan Museum Bank Indonesia akan berarti terwujudnya suatu museum bank sentral di Indonesia, yang mempunyai misi untuk mencari, mengumpulkan, menyimpan, dan merawat benda-benda maupun dokumen bersejarah yang saat ini dimiliki, sehingga menjadi suatu sosok yang mempunyai nilai dan arti penting bagi masyarakat. Hal ini hanya akan dapat terwujud apabila kita dapat menyajikan semuanya dalam bentuk yang mampu memberikan informasi yang lengkap dan runtut, sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.
Museum yang direncanakan ini juga diharapkan dapat menjadi wahana pendidikan dan penelitian bagi masyarakat Indonesia maupun internasional tentang fungsi dan tugas BI, di samping merupakan wahana rekreasi. Dengan pencapaian tujuan-tujuan tadi, diharapkan fungsi humas dalam rangka membangun citra (image building) BI sebagai bank sentral akan dapat berjalan dengan lebih baik. Sesuai dengan fungsi BI, sosok museum yang direncanakan diharapkan dapat menunjukkan karateristik BI secara menyeluruh, dilihat dari aspek-aspek kelembagaan, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran yang disusun secara historikal perspektif. Sepenuhnya disadari bahwa rencana pembangunan museum ini bukanlah suatu gagasan yang sederhana, melainkan suatu gagasan yang bersasaran ganda. Dengan segala keterbatasan dan kendala yang ada, antara lain berkaitan dengan tingkat apresiasi masyarakat Indonesia terhadap museum yang relatif belum setinggi di negara-negara maju, proses perwujudan Museum Bank Indonesia jelas membutuhkan keuletan dan ketelitian. Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan BI mengenai permuseuman, maka kerjasama dengan para ahli dari berbagai bidang diperlukan untuk bersama-sama mewujudkan gagasan ini secara menyeluruh dari tahapan konsep sampai dengan pelaksanaan fisik nantinya.
Sementara persiapan pembangunan museum secara fisik terus dilakukan, Museum Bank Indonesia disajikan dalam bentuk cyber museum. Dalam Cyber Museum Bank Indonesia ini diceritakan mengenai perjalanan panjang BI dalam bidang kelembagaan, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran yang dapat diikuti dari waktu ke waktu, sejak periode DJB hingga periode BI semasa berlakunya Undang-Undang No.11 tahun 1953, Undang-Undang No.13 tahun 1968, Undang-Undang No.23 tahun 1999, dan Undang-Undang No.3 tahun 2004 saat ini.


(Sumber : http://www.bi.go.id/)

Sejarah Museum Nasional

MUSEUM NASIONAL (Museum Gajah)

Eksistensi Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van het Algemeen" (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum).
Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Kecuali itu ia juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku yang amat berguna, sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Oleh karena rumah di Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dulu disebut gedung "Societeit de Harmonie"). Bangunan ini berlokasi di jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks gedung sekretariat Negara, di dekat Istana kepresidenan.
Jumlah koleksi milik BG terus neningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dutu disebut Koningsplein West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau "Sekolah Tinggi Hukum" (pernah dipakai untuk markasKenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah" karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Kadang kala disebut juga "Gedung Arca" karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.
Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar "koninklijk" karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: "memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya".
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Kini Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu "Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan national, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa".
(Sumber : http://www.museumnasional.or.id/)
Koleksi yang berada di Museum Nasional
ar.com
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv1R41kQXIxDZGbWT06wOdUKLnIlCUt5r3F2IkHPtKyMuZqQkfLQ1qCBf51yMFft2Fs7jfe9OxNpryp4-6fE0883IfFpHMMUlIAA-Ra5f9jLkdoxGd6y-2ToqQer3NiWPWDzFZqr9L7sH_/s400/wisata-jakarta-37.JPG
Patung Gajah yang jadi icon Museum Nasional, Jakarta

Pada tahun 1871, terdapat kunjungan dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand, yang menyumbangkan sebuah patung gajah dari perunggu. Patung itu diletakkan di halaman Museum Nasional sampai sekarang, sehingga wisatawan mengenal Museum Nasional sebagai Museum Gajah atau Gedung Gajah.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihr6dW9xWIKgRpgEfYivIiYLkT-1267Nsp2bUG1VUJXqDngIHluiM2VKZ1mc9HjnrLbLNF9i6m1EVjGrbUMEQcVj-2QgijnaBPcTqLgvv4I0uCJOEvyUe_RJDxNrTtVL8a9jc_I0rJBe8v/s320/wisata-jakarta-23.JPG
Perahu kuno terbuat dari kayu solid di Museum Nasional, Jakarta

Museum Nasional memiliki lebih dari 140.000 koleksi, yang terdiri dari koleksi prasejarah, arkeologi, keramik asing, numismatic/heraldik, kolonial etnografi, dan geografi. Sebagian besar koleksi diperoleh pada masa pemerintahan kolonial Belanda, melalui ekspedisi militer, ekspedisi ilmiah, hadiah atau pemberian, Zending dan dari hasil pembelian.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjj3AtmY9ilExcbstrpCijQN4gGVOgxeMlWj-ardUhIVf6gv8QR5zkBZfyQXE9dAQMnPUCL97cbTIStO7FbUMP8JPFY3Tyxb8DkU38Yer1XZxQvBPUdzM15Z71vw_UrkJxMP21eiHtaSNHL/s320/wisata-jakarta-20.JPG
Baju kuno koleksi Budaya Museum Nasional, Jakarta

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLJLfvBYfH8-jRa50teg9a3jbuZXKWpfEkYr1ak3A49VIvFu4xjwj2pKnWXJnBiTYVWH5Kn5bGb7a_glK9eyfhKtJcqJASsB1YzKVb9XE5G7iKkDAd1j6AYQ1H80mELC0bozrHMNmbBBQD/s320/wisata-jakarta-17.JPG
Salah satu benda budaya koleksi Museum Nasional, Jakarta
Kunjungan Wisata kita bisa dimulai dari bangunan lama, kita bisa melihat koleksi kebudayaan masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, mulai dari alat musik, baju kuno, alat angkut tradisional, seperti perahu, patung-patung artefak, dan banyak koleksi budaya lainnya. Setelah itu ada satu ruang khusus berisi miniatur dari berbagai rumah adat masyarakat tradisional di Indonesia. Satu yang menarik, adalah ada satu perahu dari kayu solid, yang ukurannya sangat besar, mungkin bisa diisi dua puluh penumpang. Juga ada patung kayu solid yang tingginya hampir sampai plafon ruangan, padahal mungkin tinggi plafon ruangan 8 meter. dijualdomain.info

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghPKFVvVvhOQa20XYKtcQkTZ3yfZCZ84rUaOH6sqImzpchVjjfBrKpSpEHe99xOraIvkKz25vU2Y6kor5wHjr8TO0JWyV2_Rud5nguZcuMC5AoZTjg9GqbvYbjEc57LbR8vK-gEj6byH0w/s320/wisata-jakarta-19.JPG
Koleksi Alat Musik Tradisional Museum Gajah, Jakarta

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEDQ-EUzXz8h6KuyyeCMv1Tyce6-KGwFib9u827j231v2k2RJHhLjx7LP-Qa8fawPLrKUBbGx_A-Uv60agw_E1rMmNOo2pjsZ6KYb1ecz-xGGIoo-OV0q-sT78cFcM-ySs7sOQK3dBORVS/s320/wisata-jakarta-18.JPG
Koleksi Wayang Kulit Museum Gajah, Jakarta

Setelah itu, wisatawan bisa melihat koleksi keramik.Koleksi keramiknya juga cukup banyak. Mulai dari gerabah berukuran besar sampai piring dan mangkuk dapat ditemui di sini. Jenisnya juga beragam, mulai green celadon, retak seribu, sampai keramik berwarna-warni ada di sini.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiChsvdEFQ62LO8XkJCk9ku1GE9u7LKbzYJ-j_038yg8mlXWoPDIYnoT6Oshvqz8warbwaKj26H0yi-xCR_ERc75N4608cEauA9xGlFwF9gIVRnOnk4MQZ2lzYgha-jqVFLpVuL8QZaUYPI/s320/wisata-jakarta-26.JPG
Koleksi Keramik Museum Gajah

Untuk koleksi arca diletakkan di halaman tengah dari bangunan lama. Wisatawan bisa berjalan di lorong sepanjang taman innercourt sambil menikmati suguhan berbagai arca yang memukau. Tak jauh darinya, di bagian ujung dekat pintu keluar, ada satu ruangan berisi koleksi meja dan kursi, serta lampu kuno, disamping beberapa meriam dan perabot lainnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBUenpvZgq8WD8fXIr6-PLa4M7k0CB9_L10SbmwY3zGRWAZbpX_681LdRrb0754U0-vFhbafwGjtonJJ41WXyOMIZ4heLOUZ5FPsK_wBeNz8dB8XoDMuDGwEAeopAvlISjXEpz0NSvTCJ4/s320/wisata-jakarta-28.JPG

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-Ee24KvVxBjJKs8-5OfiFGs9zdZih0a27kkaH8_E8exUcMp9NR_92i6tqFh4tUCj93lV46_Z8Qgf7ibkK9wi-C5Q6KaoTO-kbibWNUwzio3A_bTxPr94c4NX5qIJfgbw77r1-HHGi_IpU/s320/wisata-jakarta-29.JPG
Inner Court dan lorong Museum Gajah dipenuhi Arca
Di Lantai atas bangunan lama ada koleksi khasanah dari emas dan perak, seperti keris dan senjata, perhiasan bangsawan jaman dahulu, sampai dengan kursi tahta dan mahkota kerajaan kuno. Wisatawan dilarang mengambil foto di ruang khasanah ini untuk alasan keamanan.

Menuju bangunan baru, wisatawan mulai disuguhi dengan koleksi peninggalan prasejarah dan arkeologi. Koleksi prasejarah dan arkeologi Museum Nasional termasuk koleksi yang memukau. Di dalamnya terdapat tengkorak dan fosil manusia purba, kerangka manusia purba dalam makam, sisa-sisa alat-alat berburu dan bekerja dari peradaban yang sangat tua. Juga ada sedikit fosil dari hewan purba. Namun untuk koleksi manusia purba, koleksi Museum Nasional terbilang menarik. Di dalamnya ada tengkorak manusia Sangiran, dan bahkan ada tengkorak Manusia Flores.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKgK9aQKg3onPkLeG40OZebh2gfG7dAWeHEkyfiLhGRTHAsr2slLx0HsWY61i7c4ljyl2KAaV-l3kfV6QthCZcJc17LBtC1O4et7VvV7rdkhDUKwrCY9Pbe66c5_fKFoxC_6-of86uTBtU/s200/homo-erectus-1.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrkP__YIH-FBAqU5zU43bZuS8kXYK989X6O9ESobhcMO0GE3H6NNIXQWfhSi5oSv8BLuXhp1_-eJWo_gAkfu_1hqh_Pp_FzlbYu_XqAG7ZFdyPKtp6uOaLc2UsFUEoBgSRnHBfnGrZBXl8/s200/homo-erectus-2.JPG
Tengkorak Manusia Purba di Museum Nasional, Jakarta


Manusia Flores/ Homo Floresiensis adalah fosil manusia yang kecil atau katai. Rangka koleksi Museum Nasional ini adalah satu dari tujuh rangka Manusia Flores yang menghebohkan dunia. Rangka Manusia Flores ini ditengarai merupakan penghubung antara Homo Erectus termuda yang berusia antara 200.000 sampai 100.000 tahun, dengan Homo Sapiens tertua yang berusia antara 20.000 sampai 13.000tahun.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlp7j0jw12YM9OHxqPSa3VRbNQwDrBOUpzXX7tP9ioj6ycOh37tHqYnMxWXZPCmAyEIT4kjYUBgduYrdmPfPxaBfyG6UUc4TV92QFelS8bK4clopScUHXj2fkKSYBeFxB_IBOyUKP3_Nq0/s320/homo-erectus-3.JPG
Home Floresiensis, menghebohkan karena dianggap penghubung
Homo Erectus termuda dengan Homo Sapiens tertua

Di lantai atasnya adalah hasil peradaban manusia mulai dari yang tertua, sampai memasuki jaman modern. Di dalamnya terdapat tulisan, mulai dari bentuk prasasti, tulisan kuno, cap stempel kerajaan, alat bertani purba, sampai alat bekerja awal jaman modern seperti sepeda kuno, jam kuno, alat navigasi kapal, bel, tulisan di makam kuno, berbagai hasil produksi tambang, seperti lempengan emas, keramik dan lain sebagainya.

(Sumber : http://www.jakartahotel.info/)