PEMUDA DAN
SOSIALISASI
1.1 INTERNALISASI
BELAJAR DAN SPESIALISASI
1.1.1 PENGERTIAN
PEMUDA
Pemuda
adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan,
terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda
diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan
generasi sebelumnya, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet
pembangunan secara terus menerus.
1.1.2 PENGERTIAN SOSIALISASI
1.1.2 PENGERTIAN SOSIALISASI
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri,
bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
1.1.3 INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
1.1.3 INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
Ketiga
kata atau istilah internalisasi, belajar, dan sepesialisasi pada dasarnya
memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui
interaksi sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma
individu yang menginternaslisasikan norma-norma tersebut, atau proses
norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan
tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma
tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi
(mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan
pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum).
Istilah
belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki
sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak
tahu menjadi tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di
lembaga pendidikan.
Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.
1.1.4 PROSES SOSIALISASI
Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.
1.1.4 PROSES SOSIALISASI
Proses
sosialisasi sebenarnya berasal dari dalam keluarga. Proses sosialisasi generasi
muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk
menselaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu
pada tahapan pengembangan dan pembinaannya, melalui proses kematangan dirinya
dan belajar pada berbagai media sosialisasi yang ada di masyarakat, seorang
pemuda harus mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga mampu mengendalikan
diri dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat, dan tetap mempunyai motivasi
sosial yang tinggi.
Melalui
proses sosialisasi, individu (pemuda) akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan proses sosialisasi, individu menjadi tahu
bagaimana ia mesti bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan
budayanya. Kepribadian seseorang melalui proses sosialisasi dapat terbentuk di
mana kepribadian itu merupakan suatu komponen pemberi atau penyebab warna dari
wujud tingkah laku sosial manusia, jadi dalam hal ini sosialisasi merupakan
salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dalam hubungannya
dengan sistem sosial. Dalam proses tersebut seorang individu dari masa
anak-anak hingga dewasa belajar pola-pola tindakan dalam interaksi beraneka
ragam atau macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap
individu dalam masyarakat yang berbeda mengalami proses sosialisasi yang
berbeda pula, karena proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan
kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Jadi sosialisasi
dititikberatkan soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan
perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian (self)
dan kepribadian seseorang terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi
orang lain di luar dirinya.
Proses
sosialisasi ini berarti tidak berhenti sampai pada keluarga, tapi masih ada
lembaga lainnya. Cohen (1983) menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang
terpenting ialah keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan media masa. Dengan
demikian sosialisasi dapat berlangsung secara formal dan informal. Secara
formal, proses sosialisasi lebih teratur dan sistematis serta dilengkapi oleh
perangkat norma yang tegas dan harus dipatuhi oleh setiap individu. Proses
sosialisasi ini dilakukan secara sadar dan sengaja. Sedangkan secara informal,
proses sosialisasi ini bersifat tidak sengaja, terjadinya ini bila seseorang
individu mempelajari pola-pola keterampilan, norma atau perilaku melalui
pengamatan informal terhadap interaksi orang lain. Meskipun sosialisasi itu
mungkin berbeda-beda dalam berbagai lembaga, kelompok maupun masyarakat, namun
sasaran sosialisasi itu sendiri banyak memiliki kesamaan.
1.1.5 PERANAN SOSIAL MAHASISWA DAN PEMUDA DI MASYARAKAT
1.1.5 PERANAN SOSIAL MAHASISWA DAN PEMUDA DI MASYARAKAT
Pada
masa 1990 sampai 2000-an demonstrasi masih marak di berbagai tempat. Pada masa
itu mahasiswa dan pemuda menyebutkan dirinya sebagai Gerakan Moral. Sedangkan
pada mahasiswa lain gerakan mahasiswa menyebutkan dirinya sebagai Gerakan Politik.
Mahasiswa menjadi pecah dan terkadang pragmatis. Tidak menjadi rahasia umum
lagi mahasiswa dibayar untuk berdemonstrasi.
Sebelum terlalu jauh meneropong peranan mahasiswa di luar kampus- walaupun klise- sebaiknya kita mesti ingat bahwa tugas utama mahasiswa dan pemuda adalah belajar di sekolah/kampus.
Sebelum terlalu jauh meneropong peranan mahasiswa di luar kampus- walaupun klise- sebaiknya kita mesti ingat bahwa tugas utama mahasiswa dan pemuda adalah belajar di sekolah/kampus.
Peranan
sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga
yang lainnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka
dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti
sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan
yang relatif sama dengan warga yang lain.
Sudah
60 tahun lebih bangsa Indonesia merdeka, sistem pendidikan telah dibaharui agar
mampu menjawab berbagai perubahan diseputaran kehidupan umat manusia. Tetapi
selesai kuliah barisan penganggur berderet-deret. Para penganggur dan setengah
penganggur yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya, mereka
menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan yang dapat
mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan penghambat pembangunan
dalam jangka panjang.
1.2 PEMUDA DAN
IDENTITAS
1.2.1 POLA DASAR PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
1.2.1 POLA DASAR PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
Pola
Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor: 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari Pola Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan
berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman
sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat
mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berlandaskan :
1. Landasan idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan strategis : Garis-Garis Besar Haluan Negara
4. Landasan historis : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
5. Landasan normatif : Etika, tata nilai, dan tradisi luhur
yang hidup dalam masyarakat
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berlandaskan :
1. Landasan idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan strategis : Garis-Garis Besar Haluan Negara
4. Landasan historis : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
5. Landasan normatif : Etika, tata nilai, dan tradisi luhur
yang hidup dalam masyarakat
Motivasi
dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda bertumpu pada strategi
pencapaian tujuan nasional, seperti telah terkandung di dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV. Atas dasar kenyataan di atas diperlukan penataan kehidupan
pemuda karena pemuda perlu memainkan peranan yang penting dalam pelaksanaan
pembangunan. Hal tersebut mengingat masa depan adalah kepunyaan generasi muda,
namun disadari pula bahwa masa depan tidak berdiri sendiri. Ia adalah lanjutan
masa sekarang dan masa sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, maka
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan
terhadap masa datang sebagai bagian mutlak masa kini.
Kepekaan
terhadap masa datang membutuhkan pula kepekaan terhadap situasi-situasi
lingkungan, untuk dapat merelevansikan partisipasinya dalam setiap kegiatan
bangsa dan negara. Untuk itu pula kualitas kesejahteraan yang membawa
nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu yang mewarnai pembinaan
generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
1.2.2 PENGERTIAN POKOK PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
1.2.2 PENGERTIAN POKOK PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
Dalam
hal ini Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian
pokok, yaitu :
a. Generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya, guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
b. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuan ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
1.2.3 MASALAH-MASALAH GENERASI MUDA
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain :
a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda.
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
d. Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
e. Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
f. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
g. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
h. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkoba.
i. Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
a. Generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya, guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.
b. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuan ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
1.2.3 MASALAH-MASALAH GENERASI MUDA
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain :
a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda.
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
d. Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
e. Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
f. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
g. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
h. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkoba.
i. Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dalam
rangka untuk memecahkann permasalahan generasi muda tersebut di atas memerlukan
usaha-usaha terpadu, terarah, dan berencana dari seluruh potensi nasional
dengan melibatkan generasi muda sebagai subjek pembangunan.
Organisasi-organisasi pemuda yang telah berjalan baik adalah merupakan potensi
yang siap untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan nasional.
1.2.4 POTENSI-POTENSI GENERASI MUDA
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
a. Idealisme dan Daya Kritis
1.2.4 POTENSI-POTENSI GENERASI MUDA
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
a. Idealisme dan Daya Kritis
Secara
sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, maka ia dapat
melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari
gagasan baru.
b. Dinamika dan Kreatifitas
b. Dinamika dan Kreatifitas
Adanya
idealisme pada generasi muda, maka generasi muda memiliki potensi kedinamisan
dan kreatifitas yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan,
pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan-kekurangan yang ada atau pun
mengemukakan gagasan-gagasan/alternatif yang baru sama sekali.
c. Keberanian Mengambil Risiko
c. Keberanian Mengambil Risiko
Perubahan
dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung risiko dapat meleset,
terhambat atau gagal. Namun mengambil risiko itu adalah perlu jika kemajuan
ingin diperoleh.
Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung risiko, kesiapan pengetahuan, perhitungan dan keterampilan dari generasi muda akan memberi kualitas yang baik kepada keberanian mengambil risiko.
d. Optimis dan Kegairahan Semangat
Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung risiko, kesiapan pengetahuan, perhitungan dan keterampilan dari generasi muda akan memberi kualitas yang baik kepada keberanian mengambil risiko.
d. Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan
tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan
semangat yang dimiliki generasi muda akan merupakan daya pendorong untuk
mencoba maju lagi.
e. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
e. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi
muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap
kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya,
agar dengan demikian mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki
tenggang rasa.
f. Terdidik
f. Terdidik
Walaupun
dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti
kuantitatif maupun dalam arti kualitatif generasi muda secara relatif lebih
terpelajar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi-generasi
pendahuluannya.
g. Keanekaragaman Dalam Persatuan dan Kesatuan
g. Keanekaragaman Dalam Persatuan dan Kesatuan
Keanekaragaman
generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat. Keanekaragaman
tersebut dapat merupakan hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan
ekslusif.
h. Patriotisme dan Nasionalisme
h. Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan
rasa kebanggaan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di
kalangan generasi muda perlu lebih digalakkan, pada gilirannya akan mempertebal
semangat pengabdian dan kesiapannya untuk membela dan mempertahankan bangsa dan
negara dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini generasi muda
perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan
nasional.
i. Sikap Kesatria
i. Sikap Kesatria
Kemurnian
idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung
jawab sosial yang tinggi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan
terus menjadi sikap kestaria di kalangan generasi muda Indonesia sebagai
pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
j. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi
muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan
tekonologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai transformator dan
dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan
pendidikan serta penerapan teknologi, baik yang maju, madya maupun yang
sederhana.
1.2.5 TUJUAN POKOK SOSIALISASI
Tujuan pokok sosialisasi adalah :
1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
3. Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
4. Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakat umumnya.
1.2.5 TUJUAN POKOK SOSIALISASI
Tujuan pokok sosialisasi adalah :
1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
3. Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
4. Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan masyarakat umumnya.
Faktor
lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi memegang peranan penting,
karena dalam proses sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan segala daya
imitasi dan identitasnya. Pengalaman demi pengalaman akan diperoleh pemuda dari
lingkungan sekelilingnya. Lebih-lebih pada masa peralihan dari masa muda
menjelang dewasa, di mana sering terjadi konflik nilai, wadah pembinaan harus
bersifat fleksibel, mampu dan mengerti dalam membina pemuda harus mematikan
jiwa mudanya yang penuh dengan fasilitas hidup.
1.3 PERGURUAN DAN
PENDIDIKAN
1.3.1 MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA
1.3.1 MENGEMBANGKAN POTENSI GENERASI MUDA
Pada
negara-negara yang sedang berkembang ternyata masih banyak mendapat kesulitan
untuk penyelenggaraan pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan.
Sehubungan dengan itu, negara-negara sedang berkembang merasakan selalu
kekurangan tenaga terampil dalam mengisi lowongan-lowongan pekerjaan tertentu
yang meminta tenaga kerja dengan keterampilan khusus. Kekurangan tenaga
terampil itu terasa manakala negara-negara sedang berkembang merencanakan dan
berambisi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka
miliki. Misalnya dalam eksplorasi dan eksploitasi sektor pertambangan, baik
yang berlokasi di darat maupun yang ada di lepas pantai.
Hal
yang sama juga dirasakan manakala negara-negara sedang berkembang berniat untuk
melaksanakan program-program industrialisasi yang menuntut tenaga-tenaga
terampil berkualitas tinggi.
Di
negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, pada umumnya para generasi muda
mendapat kesempatan luas dalam mengembangkan kemampuan dan potensi idenya. Para
mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda, didorong, dirangsang dengan
berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu
ide/gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan
berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi tenaga generasi muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Pembinaan sedini mungkin difokuskan kepada angkatan muda pada tingkat SLTP/SLTA, dengan cara penyelenggaraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh :Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba karya ilmiah dari berbagai cabang disiplin ilmu itu ternyata lebih banyak dari perkiraan jumlahnya. Yang sangat menggembirakan, dalam usia yang belia itu mereka telah mampu menghasilkan karya-karya ilmiah yang cukup membuat kagum para cendikiawan tua.
Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana upaya bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi tenaga generasi muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.
Pembinaan sedini mungkin difokuskan kepada angkatan muda pada tingkat SLTP/SLTA, dengan cara penyelenggaraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh :Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba karya ilmiah dari berbagai cabang disiplin ilmu itu ternyata lebih banyak dari perkiraan jumlahnya. Yang sangat menggembirakan, dalam usia yang belia itu mereka telah mampu menghasilkan karya-karya ilmiah yang cukup membuat kagum para cendikiawan tua.
Pembinaan
dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih
banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan
formal. Mereka dibina digembleng di laboratorium-laboratorium dan pada
kesempatan-kesempatan praktik lapangan.
Kaum
muda memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi
kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
1.3.2 PENGERTIAN
PENDIDIKAN DAN PERGURUAN TINGGI
Arti
penting dari pendidikan adalah sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber
daya manusia, sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akar
berhasil dalam pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi
bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu
(termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya. Modernisasi
Jepang agaknya merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Masalah
pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk
manusia-manusia membangun. Dan untuk itu diperlukan kebijaksanaan terarah dan
terpadu di dalam menangani masalah pendidikan ini. Rendahnya produktivitas
rata-rata penduduk, banyaknya jumlah pencari kerja, “Under utilized
population”, kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang
memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
Sebab
hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dari belenggu
keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana diharapkan pendidikan yang dapat
mengembangkan semangat “inner will peningkatan kemampuan diri dan bangsa” yang
terpencar dalam pembangunan pendidikan mental, intelektuan dan profesional bagi
seluruh penduduk dan pemuda Indonesia.
Sebagai
satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara
Indonesia, maka pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan
dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam implementasinya, pendidikan
tersebut diarahkan menjadi pendidikan pembangunan, satu pendidikan yang akan
membina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan
mental. Melalui pendidikan itu diharapkan bangsa Indonesia akan mampu
membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui suatu
alternatif pembangunan yang lebih baik, serta menghargai kemajuan yang antara
lain bercirikan perubahan yang berkesinambungan.
Untuk
itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam
yang menyangkut persepsi, konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam
kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal ini kiranya
pemerintah telah cukup berhasil dalam menegakkan landasan-landasan ideal serta
landasan koseptual terhadap pembaharuan pendidikan menuju sistem pendidikan
nasional yang tepat arah dan tepat guna.
1.3.3 ALASAN UNTUK BERKESEMPATAN MENGEYAM PENDIDIKAN TINGGI
1.3.3 ALASAN UNTUK BERKESEMPATAN MENGEYAM PENDIDIKAN TINGGI
Pembicaraan
tentang generasi muda/pemuda, khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan
tinggi menjadi penting , karena berbagai alasan.
Pertama,
sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki
pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat
di dalam pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang
ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh generasi muda
pemuda pada umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa
termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua,
sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka mahasiswa
mendapatkan proses sosiaslisasi terpanjang secara berencana dibandingkan dengan
generasi muda/pemuda lainnya. Melalui berbagai mata pelajaran seperti PMP,
Sejarah, dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan kemasyarakatan
dapat diketahui.
Ketiga,
mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam
bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan memperkaya
khasanah kebudayaannya , sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat,
mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan
kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan
sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai
latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan
generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai
pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi
yang lebih baik dibandingkan generasi muda lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
-
http://illaphuw.blogspot.com/2010/11/pemuda-dan-sosialisasi.html
0 komentar:
Posting Komentar