Angkor Wat,
Kamboja
Angkor Wat (bahasa Khmer: អង្គរវត្ត) adalah sebuah kuil atau candi yang terletak di kota Angkor, Kamboja. Kuil ini dibangun oleh Raja Suryawarman II pada pertengahan abad ke-12. Pembangunan kuil Angkor Wat memakan waktu selama 30
tahun. Angkor Wat terletak di dataran Angkor yang juga dipenuhi bangunan kuil
yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan kuil yang paling terkenal di dataran
Angkor. Raja Suryawarman II memerintahkan pembangunan Angkor Wat menurut
kepercayaan Hinduyang meletakkan gunung Meru sebagai pusat dunia dan merupakan tempat tinggal dewa-dewi Hindu, dengan itu menara tengah Angkor Wat adalah menara tertinggi dan
merupakan menara utama dalam kompleks bangunan Angkor Wat.
Sebagaimana mitologi gunung Meru, kawasan kuil Angkor Wat dikelilingi oleh dinding dan terusan yang
mewakili lautan dan gunung yang mengelilingi dunia. Jalan masuk utama ke Angkor Wat yang sepanjang setengah kilometer
dihiasi pagar susur pegangan tangan dan diapit oleh danau buatan manusia yang
disebut sebagai Baray. Jalan masuk ke kuil Angkor Wat melalui pintu gerbang, mewakili
jambatan pelangi yang menghubungkan antara alam dunia dengan alam dewa-dewa.
Angkor Wat berada dalam keadaan yang
baik dibandingkan dengan kuil lain di dataran Angkor disebabkan karena Angkor
Wat telah dialihfungsikan menjadi kuil Buddha dan dipelihara serta digunakan secara
terus menerus ketika agama Buddhamenggantikan agama Hindu di Angkor pada abad ke-13. Kuil Angkor
pernah dijajah oleh Siam pada tahun 1431.
Nama modern Angkor Wat, berarti
"Kuil Kota"; Angkor adalah bentuk perubahan dari kata នគរ nokor yang berasal dari kata नगरnagara dalam bahasa Sanskerta yang berarti ibu kota atau negara. wat adalah istilah dalam bahasa Khmer untuk kuil atau candi. Sebelumnya nama
asli candi ini adalah Preah
Pisnulok atau Vishnuloka (tempat dewa Wisnu bersemayam), berdasarkan nama anumerta
raja pembangunnya, Suryawarman II.
Sejarah
Angkor Wat terletak 55 kilometer
(34 mi) di utara kota modern Siem Reap, dan bergeser ke timur dari bekas ibu kota sebelumnya
yang berpusat di candi Baphuon. Candi ini berada di kawasan kelompok percandian
terpenting di Kamboja, juga menjadi candi paling selatan dari kelompok candi di
kota Angkor.
Rintisan rancangan dan
pembangunan candi dimulai pada paruh pertama abad ke-12 Masehi, pada masa pemerintahan
rajaSuryawarman II (memerintah
pada 1113 – sekitar 1150). Dipersembahkan untuk memuliakanWisnu, candi ini dibangun sebagai candi agung negara milik
raja sekaligus sebagai ibu kota. Karena prasasti yang menyebutkan
pembangunannya belum ditemukan, maka nama asli candi ini tidak diketahui.
Ditafsirkan candi ini mungkin aslinya disebut sebagai "Preah
Pisnu-lok" (Bahasa Khmer Kuno, serapan dari bahasa Sanskerta: "Vara
Vishnu-loka") secara harfiah bermakna "Kawasan Suci Wisnu",
berdasarkan dewa utama yang dimuliakan di candi ini. Proyek pembangunan
sepertinya dihentikan segera setelah kematian raja, menyisakan beberapa relief
rendah yang belum rampung. Pada 1177, kira-kira 27 tahun setelah kematian
Suryawarman II, Angkor diserang oleh bangsa Champa, musuh tradisional bangsa Khmer. Kemudian kerajaan
Khmer dipulihkan kembali oleh raja baru Jayawarman
VII, yang mendirikan ibu kota baru di Angkor Thom candi kerajaan baru di Bayon, yang terletak beberapa kilometer di utara Angkor
Wat.
Pada akhir abad ke-13, Angkor Wat
perlahan-lahan dialihfungsikan dari candi Hindu menjadi candi Buddha
Theravada, hal ini berlangsung hingga
kini. Angkor Wat agak tidak biasa dibandingkan candi-candi lainnya di Angkor,
meskipun ditelantarkan setelah abad ke-16, Angkor Wat tidak pernah benar-benar
ditinggalkan. Angkor tetap bertahan antara lain salah satunya karena parit yang
mengelilinginya melindungi bangunan candi dari rongrongan pohon besar hutan
rimba.
Salah satu pengunjung Barat
perintis yang mengunjungi candi ini antara lain António da Madalena,
seorang biarawan Katolik Portugis yang mengunjunginya pada tahun 1586
yang menyatakan "sebuah bangunan yang luar biasa yang tak mungkin
digambarkan dengan pena, karena tidak ada bangunan lain di dunia ini yang
menyerupainya. Bangunan ini memiliki menara dengan hiasan yang sangat halus dan
indah yang hanya bisa diciptakan oleh manusia jenius." Pada pertengahan
abad ke-19, candi ini dikunjungi oleh ilmuwan dan penjelajah Perancis, Henri Mouhot, yang memperkenalkan situs ini ke dunia Barat melalui
catatan perjalanannya, ia menulis: "Candi ini—menyaingi (kemegahan) Bait Salomo, dibangun oleh Michelangelo purba—pantas menduduki tempat terhormat sebagai
salah satu bangunan terindah (di dunia). Bangunan ini lebih besar dari segala
peninggalan Yunani atau Romawi, dan menyajikan kontras yang sangat menyedihkan
dengan kondisi kini yang jatuh terpuruk ke dalam kebiadaban."
Mouhot, seperti kebanyakan
pengunjung Barat, sulit memercayai bahwa bangsa Khmer mampu membangun candi
semegah ini, secara keliru memperkirakan waktu pembangunannya sezaman dengan
era Romawi Kuno. Sejarah sebenarnya dari Angkor Wat secara perlahan
dirangkaikan kembali melalui mempelajari gaya arsitektur serta bukti epigrafi tertulis pada prasasti, dilanjutkan dengan
pembersihan di sekitar situs Angkor. Penggalian di sekitar situs Angkor Wat
tidak menemukan peninggalan permukiman seperti bekas rumah hunian atau bukti
hunian lainnya seperti perabot memasak, senjata, atau bekas pakaian yang biasa
ditemukan di situs purbakala. Hanya monumen inilah yang ditemukan di kawasan
ini.
Kartu pos Perancis bergambar
Angkor Wat pada tahun 1911.
Angkor Wat menjalani pemugaran
yang berarti pada abad ke-20, kebanyakan di antaranya adalah membersihkan
jeratan tumbuhan dan tumpukan tanah yang menutupi bangunan. Proyek
pemugaran terputus akibat perang saudara dan kendali rezim Khmer Merah atas Kamboja pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an,
akan tetapi kerusakan relatif minim pada periode ini yang kebanyakan adalah
penjarahan dan pencurian serta perusakan pada arca setelah era Angkor.
Candi ini merupakan simbol yang
kuat dan amat penting bagi negara Kamboja, sebagai sumber kebanggaan nasional dan menjadi
faktor penting bagi hubungan diplomatik luar negeri antara Kamboja dengan
Perancis, Amerika Serikat, dan Thailand. Penggambaran Angkor Wat dalam bendera
nasional Kamboja telah mulai
ditampilkan sejak diperkenalkannya bendera perdana Kamboja pada 1863. Akan
tetapi, dari perspektif sejarah dan antarbudaya, Angkor Wat tidak pernah
menjadi lambang kebanggaan nasional yang sesungguhnya sui generis namun
diterapkan dalam proses politik-budaya oleh Kolonial Perancis yang menampilkan
candi ini dalam pameran Kolonial Perancis dan pameran universal di Paris
dan Marseille antara tahun
1889 dan 1937.
Warisan kesenian yang agung dari
Angkor Wat dan monumen Khmer lainnya di kawasan Angkor telah mendorong Perancis untuk memasukkan
Kamboja sebagai protektoratPerancis pada 11
Agustus 1863 dan menyerang kerajaan Siam untuk merebut kendali atas kawasan
reruntuhan candi ini. Hal ini mendorong Kamboja untuk merebut kembali kawasan di
sudut barat laut yang di bawah penjajahan Siam sejak tahun 1351 (Manich Jumsai
2001), atau menurut sumber lain, 1431.[14] Kamboja meraih kemerdekaan dari Perancis pada 9
November 1953 dan sejak saat itu menguasai candi Angkor Wat.
Situs
dan denah
Denah utama Angkor
Wat dengan struktur pusat di pertengahan.
Denah detail struktur
pusat.
Angkor Wat, yang terletak di 13°24′45″LU 103°52′0″BT, adalah kombinasi unik bukit
candi, desain standar
untuk candi negara kekaisaran dan kemudian denah galeri konsentris. Candi tersebut adalah
representasi dari Meru, tempat para dewa: menara kwinkunkstengah melambangkan lima puncak bukit,
dan dinding dan parit melambangkan barisan bukit dan samudra. Akses ke kawasan
paling atas candi tersebut semakin lebih eksklusif, namun kaum awam hanya boleh
ke lantai terbawah.
Tidak seperti kebanyakan candi-candi
Khmer, Angkor Wat menghadap ke barat ketimbang timur. Hal ini telah membuat
banyak orang (termasuk Glaize dan George Cœdès) menyimpulkan bahwa Suryawarman
membuatnya untuk digunakan sebagai candi tempat penguburannya. Bukti lebih lanjut untuk pandangan ini
adalah dengan disediakannya relief dasar, yang dibuat dalam arah berlawanan
jarum jam—prasawya dalam terminologi Hindu—karena ini
adalah kebalikan dari penataan pada umumnya. Ritual berlangsung dalam penataan
berlawanan saat pemakaman bercorak Brahminik. Arkeolog Charles Higham juga menjelaskan suatu wadah yang
mungkin telah menjadi tempat penguburan yang dilakukan di menara pusat. Candi ini telah diyakini oleh beberapa
orang sebagai pengeluaran terbesar untuk pemakaman mayat. Namun, Freeman dan
Jacques menyatakan bahwa beberapa candi Angkor lainnya menghadap ke timur, dan
menunjukan bahwa keselarasan Angkor Wat adalah karena untuk didedikasikan
kepada Wisnu, yang dikaitkan dengan barat.
Sebuah interpretasi lebih lanjut dari
Angkor Wat telah diusulkan oleh Eleanor Mannikka. Penggambaran pada keselarasan candi
dan dimensi, dan pada isi dan susunan relief dasar, ia berargumen bahwa
struktur tersebut menunjukan sebuah klaim era baru yang damai di bawah Raja Suryawarman II: "sebagai pengukuran siklus waktu
matahari dan bulan yang dibangun di ruang suci Angkor Wat, mandat ilahi ini
sampai peraturan yang dibawa ke ruang bakti dan koridor dimaksudkan untuk
melanggengkan kekuasaan raja dan untuk menghormati dan menentramkan para dewa
yang dimanifestasikan berada di atas langit." Penyataan Mannikka ini telah diterima
dengan percampuran kepentingan dan skeptisisme di kalangan akademisi. Ia menjauhkan diri dari spekulasi
lain, seperti Graham Hancock, yang menyatakan bahwa Angkor Wat
adalah bagian dari representasi rasi bintang Draco.
Gaya
Angkor Wat adalah contoh utama gaya
klasik arsitektur Khmer—gaya Angkor Wat—yang berasal dari nama candi tersebut. Arsitek Khmer
abad ke-12 telah memiliki keahlian dan kepercayaan diri dalam menggunakan batu pasir (bukan batu bata atau laterit) sebagai material pembangunan utama.
Sebagian besar kawasan yang terlihat menggunakan blok batu pasir, sementara
laterit digunakan untuk dinding luar dan untuk bagian struktural tersembunyi.
Bahan perekat yang digunakan untuk menggabungkan blok batu tersebut belum
teridentifikasi, meskipun diperkirakan mengandung resin atau kalsium
hidroksida alami.
Angkor Wat telah menuai pujian berkat
semua harmoni desain tersebut, yang dianggap setara dengan arsitektur Yunani dan Romawi Kuno. Menurut Maurice Glaize, seorang konservator Angkor
pertengahan abad ke-20, candi tersebut "mencapai kesempurnaan klasik oleh
monumentalitas pengendalian elemen, keseimbangan, dan pengaturan yang tepat
dari proporsinya. Ini adalah sebuah karya kekuasaan, persatuan, dan gaya."
Arsitekturnya memiliki elemen
unsur-unsur ciri-ciri yang meliputi: ogival, menara dengan bentuk bergelombang seperti kuncup teratai; setengah galeri yang memperluas lorong-lorong; galeri
aksial yang menghubungkan pagar; dan teras berbentuk palang yang terdapat di
sepanjang bagian utama candi tersebut. Gaya elemen dekorasi tersebut adalah dewata
(atau bidadari), relief dasar, dan pedimen karangan bunga yang luas dan gambaran
naratif. Patung-patung di Angkor Wat dianggap konservatif, menjadi lebih statis
dan kurang anggun dari karya sebelumnya. Elemen lainnya dari desain tersebut
telah hancur oleh penjarahan dan faktor usia, termasuk stuko berlapis emas pada menara, penyepuhan pada beberapa
figur di relief dasar, dan panel langit-langit dan pintu kayu.
Penampakan Luar
Dinding luar, yang berukuran 1024 x
802 m dan ketinggian 4,5 m, dikelilingi oleh halaman terbuka sepanjang 30 m dan
parit seluas 190 m. Akses ke candi tersebut adalah melalui tepian ke timur dan
jalan lintas batu pasir ke barat; yang terakhir, pintu masuk utama, adalah
kemungkinan tambahan, mungkin menggantikan jembatan kayu. Terdapat gapura pada masing-masing mata angin; di arah barat terdapat gapura yang
paling besar dan memiliki tiga reruntuhan menara. Glaize menyatakan bahwa
gapura tersebut memiliki dinding dan bentuk candi yang tepat. Di bawah menara selatan terdapat patung Wisnu, yang dikenal sebagai Ta
Reach, yang mungkin pada awalnya berasal dari candi pusat. Sepanjang galeri
antara menara dan dua pintu keluar-masuk di kedua sisi gapura sering disebut sebagai
"gerbang gajah", karena objek-objek tersebut cukup besar untuk
disetarakan dalam ukuran hewan. Galeri-galeri tersebut memiliki pilar persegi
pada bagian luar (barat) dan dinding tertutup pada bagian dalam (timur).
Langit-langit antara pilar-pilar tersebut dihiasi dengan gambar bunga teratai; wajah dinding barat dengan figur
penari; dan wajah dinding timur dengan jendela baluster, figur penari laki-laki
dengan hewan yang berjingkrak, dan dewata, termasuk (selatan dari pintu masuk)
hanya satu pada candi tersebut untuk menampilkan bagian giginya.
Dinding luar mengelilingi ruang
berukuran 820.000 meter persegi (203 hektare), yang selain candi tersebut yang
pada awalnya berada di kota dan, di sebelah utara candi tersebut, istana
kerajaan. Seperti seluruh bangunan sekuler Angkor, bangunan ini dibuat dari
material yang mudah rusak ketimbang batu, sehingga tidak ada yang tersisa dari
mereka kecuali garis-garis besar di beberapa jalan. Saat ini, sebagian besar wilayah
tersebut telah ditutupi hutan. Sebuah jalan lintas sepanjang 350 m
menghubungkan gapura barat ke candi tersebut, dengan langkan naga dan enam set tangga yang menuju ke
sebuah kota pada kedua sisinya. Masing-masing bagian juga memiliki perpustakaandengan pintu masuk di setiap mata
angin, di depan set tangga ketiga dari pintu masuk, dan sebuah kolam antara
perpustakaan dan candi itu sendiri. Kolam tersebut merupakan tambahan dari
desain tersebut, seperti halnya teras berbentuk palang yang dijaga oleh singa
yang menghubungkan jalan lintas ke stuktur tengah.
Struktur
Pusat
Candi tersebut berdiri di atas teras
yang membuatnya menjadi lebih tinggi ketimbang kota. Candi ini dibuat dari tiga galeri persegi panjang ke arah menara pusat,
setiap naik ke lantai yang lebih tinggi sampai yang terakhir. Mannikka
menafsirkan galeri ini sebagai dedikasi kepada raja, Brahma, bulan, dan Wisnu. Setiap galeri memiliki gapura di masing-masing titik, dan dua galeri
pusat masing-masing memiliki sejumlah menara di setiap sudut mereka, membentuk kwinkunks dengan menara pusat. Karena kompleks
candi ini manghadap ke barat, fitur seluruh set bangunan agak condong didorong
ke timur, meninggalkan ruang yang lebih luas untuk diisi di setiap bagian dan
galeri di sisi barat. Untuk alasan yang sama ruang-ruang di sisi lain; di
timur, utara, dan selatan lebih sempit daripada sisi barat.
Galeri tersebut berukuran 187 x 215 m,
dengan paviliun pada menara di setiap sudut. Galeri ini berada di bagian candi
tersebut, dengan bentuk kolom setengah galeri untuk memperluas dan memperkuat
struktur. Sebuah biara berbentuk palang yang disebut Preah Poan("Gedung Ribuan
Dewa") menghubungkan galeri luar ke bagian luar di sisi barat. Terdapat
gambaran Buddha yang disisakan di biara oleh peziarah
selama berabad-abad, meskipun sebagian besar kini telah dihapus. Area ini
memiliki banyak inskripsi yang berkaitan dengan perbuatan baik para peziarah,
yang ditulis dalam bahasa Khmer namun yang lainnya dalam bahasa Burma dan Jepang. Empat halaman kecil yang
ditandai oleh biarawan mungkin awalnya diisi dengan air. Di sebelah utara dan
selatan terdapat bangunanperpustakaan.
Di tempat lain, galeri pusat dan kedua
terhubung satu sama lain dan dua perpustakaan terapit oleh teras berbentuk
palang lainnya, yang ditambahkan kemudian. Dari lantai dua ke atas, ukiran dewata banyak ditemukan di dinding atas, baik
sendiri atau berkelompok sampai berjumlah empat. Bagian lantai dua berukuran
100 x 115 m, dan mungkin pada awalnya telah digunakan untuk mewakili samudra di
sekeliling Meru.[31] Tiga set tangga di setiap sisi
mengarah ke menara dan gapura sudut di galeri pusat. Tangga yang sangat curam
menggambarkan betapa sulitnya naik ke kerajaan para dewa.[32] Galeri pusat tersebut, yang disebut Bakan, berukuran 60 m persegi
dengan galeri poros menghubungkan setiap gapura dengan kuil pusat, dan sejumlah
anak kuil yang terletak dibawah menara sudut. Atap galeri dihiasi dengan motif
tubuh seekor naga berujung kepala singa atau garuda. Ukiran lintel
dan pedimen menghiasi pintu masuk galeri dan kuil.
Menara di atas kuil pusat menjulang
pada ketinggian 43 m sampai 65 m dari permukaan tanah; tidak seperti menara
yang berada di bukit candi sebelumnya, menara pusat dibuat lebih tinggi dari
empat menara disekitarnya.[33] Pada candi pusat aslinya berdiri arca
Wisnu dalam ruangan utama dengan pintu yang terbuka di setiap sisinya, namun
kemudian dibuatkan dinding ketika candi Hindu tersebut dialihkan fungsinya
menjadi candi Buddha Theravada. Dinding baru tersebut menampilkan
Buddha yang tengah berdiri. Pada tahun 1934, konservator George Trouvé menggali
lubang tepat di bawah candi pusat yang telah ditimbun dengan pasir dan air, dan
menemukan bahwa harta relik suci yang seharusnya terdapat di dalam peti batu
peripih telah hilang dirampok. Namun ia menemukan kandungan kertas emas di lantai bawah pada jangkauan dua
meter dibawah permukaan tanah.[34]
Dekorasi
Dekorasi Angkor Wat yang sebagian
besar berupa relief rendah, termahsyur keindahannya secara luas
karena begitu padu dengan arsitektur bangunan. Dinding bagian dalam pada galeri
luar menampilkan berbagai adegan berskala besar terutama gambaran bagian-bagian
dari epik HinduRamayana dan Mahabarata. Higham menyebutnya "susunan
linear terbesar yang dikenal sebagai ukiran batu". Dari barat laut berlawanan arah jarum
jam, galeri barat menampilkan Pertempuran Lanka (dari Ramayana, menampilkan
tentang Rama melawan Rahwana) danPertempuran
Kurukshetra (dari Mahabharata, memperlihatkan perselisihan antara
kelompokKurawa dan Pandawa). Pada galeri selatan mengikuti
satu-satunya gambaran sejarah, sebuah prosesi Suryawarman II, terdapat gambaran 32 neraka dan 37 surga dalam mitologi Hindu.
Pada galeri timur terdapat salah satu
gambaran adegan paling terkenal yang disebut Pengadukan Samudra Susu, memperlihatkan 92 asura dan 88 dewa memakai ular Wasuki untuk mengaduk samudra susu di bawah
pengarahan Wisnu (Mannikka hanya menghitung 91 asura, dan menjelaskan nomor
asimetris sebagai perwakilan jumlah hari dari titik balik matahari musim dingin sampai ekuinoks
musim semi, dan dari
ekuinoks sampai titik
balik matahari musim panas). Diikuti dengan gambaran
Wisnu bertempur melawan asura (tambahan dari abad ke-16). Galeri
utara menampilkan kemenangan Kresna melawan Bana (dimana menurut Glaize,
"Pengerjaannya adalah yang paling buruk") dan pertempuran antara dewa
Hindu dan asura. Bagian barat laut dan barat daya paviliun kedua menampilkan
adegan berskala lebih kecil, beberapa tak teridentifikasi tapi kebanyakan dari
Ramayana atau kehidupan Kresna.
Angkor Wat didekorasi dengan gambar apsara dan dewata; terdapat lebih dari 1.796 gambaran
dewata dalam inventaris penelitian saat ini. Arsitek Angkor Wat membuat gambar
apsara kecil (30–40 cm) sebagai motif dekorasi pilar dan dinding. Mereka
memasukan gambar dewata besar (seluruh lukisan bertubuh utuh berukuran sekitar
95–110 cm) lebih menonjol di setiap tingkatan candi dari tempat masuk
paviliun sampai bagian atas menara tinggi. Pada tahun 1927, Sappho Marchal
menerbitkan sebuah katalog studi tentang keanekaragaman yang luar biasa dari
tata rambut, hiasan kepala, pakaian, sikap tubuh dan tangan, perhiasan, dan
dekorasi bunga para apsara. Kemudian disimpulkan oleh Marchal, bahwa hal ini
didasarkan pada praktik tata rias dan berbusana sebenarnya dari periode Angkor.
Teknik
Konstruksi
Sejumlah batu dipoles sehalus
marmer, dan diletakkan tanpa perekat mortar dengan sangat rapat dan rapi, sehingga terkadang
sulit ditemukan sambungannya. Dalam beberapa kasus, blok-blok disatukan secara
bersamaan oleh sendi purus dan
lubang, sementara yang lainnya
menggunakan teknik pengunci ekor burung dan tekanan gravitasi. Blok ini mungkin
diangkut dan dipasang dengan menggunakan bantuan gajah, tali sabut, katrol, dan perancah bambu. Henri Mouhot menyatakan,
bahwa sebagian besar blok memiliki lubang berukuran 2,5 cm dan
berkedalaman 3 cm, dengan lebih banyak lubang pada blok yang lebih besar.
Beberapa sarjana menyatakan bahwa lubang tersebut digunakan untuk penggabungan
batu dengan menggunakan batang besi, namun pendapat lainnya menyatakan bahwa
penggabungan tersebut menggunakan pasak untuk membantu pengerjaannya.
Monumen ini terbuat dari batu pasir yang banyak sekali, sebanyak batu yang
digunakan piramida Khafre di
Mesir (lebih dari 5 juta ton). Batu pasir ini diangkut dari dari Bukit
Kulen, sekitar 25 mile (40 km) dari timur laut. Batu ini mungkin diangkut
menggunakan rakit sepanjang sungai Siem Reap. Hal ini dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari terbaliknya rakit akibat berat batu yang diangkut.
Salah satu insinyur modern memperkirakan akan menghabiskan waktu sepanjang 300
tahun untuk menyelesaikan Angkor Wat saat ini. Namun monumen tersebut
dibangun setelah Suryawarman naik tahta dan diselesaikan tak lama setelah
kematiannya, tak lebih dari 40 tahun.
Angkor Wat dilihat dari sekitaran
parit.
Hampir semua permukaannya, kolom,
lintel bahkan atap dibuat dengan cara diukir. Beberapa relief menggambarkan
adegan dari sastra India termasuk
unicorn, griffin, naga bersayap yang menarik kereta serta prajurit diikuti
dengan pemimpin perang yang menaiki gajah dan sejumlah gadis penari diatas
langit dengan gaya rambut yang rumit. Dinding galeri sendiri dihias dengan
relief rendah berukuran 1.000 meter persegi. Lubang pada beberapa dinding
Angkor menunjukan bahwa dinding tersebut mungkin dihias dengan kertas perunggu.
Hal tersebut merupakan benda berharga pada zaman kuno dan merupakan target
utama para penjarah. Sementara penggalian yang dilakukan di Khajuraho oleh Alex
Evans, seorang tukang batu dan pematung, menemukan sebuah patung batu dibawah 4
feet (1.2 m), yang memakan waktu sekitar 60 hari untuk pengukiran. Roger
Hopkins dan Mark Lehner pernah melakukan percobaan menggunakan batu kapur yang
ditambang dari 12 penggalian selama 22 hari dengan berat sekitar 400 ton.
Tenaga kerja pada penambangan, transportasi, ukiran dan pemasangan menggunakan
ribuan batu pasir yang harus diangkut, termasuk memerlukan kemampuan seni
tinggi lainnya. Keterampilan yang diperlukan untuk mengukir patung-patung
tersebut telah dikembangkan selama ratusan tahun sebelumnya, seperti yang
ditunjukan oleh beberapa artefak yang berasal dari abad ketujuh, sebelum
Kerajaan Khmer berkuasa.
Sumber : Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Angkor_Wat)
0 komentar:
Posting Komentar